4 Gunungan Siap Diperebutkan di Ireda Fest 2024
Keparakan-Bangkit Maju Jaya. Warga Kelurahan Keparakan yang berasal dari Kampung Dipowinatan, Pujokusuman, Keparakan Lor dan Keparakan Kidul terus bersemangat untuk nguri-uri potensi dan budaya lokal yang dimiliki. Kali ini dengan menggelar Ireda Fest 2024, warga mengangkat potensi seni, budaya dan ekonomi lokal untuk tampil dalam ajang tahunan ini.
Acara ini akan digelar 21 September 2024, mulai pagi pukul 06.00 WIB hingga malam, warga menggelar acara bazar UMKM. Warga pelaku usaha ekonomi kecil diwadahi oleh forum UMKM Keparakan dan MG1 yang diinisiasi LPMK Keparakan menggelar dagangan dan potensi usaha yang dimiliki. Bahkan warga dari Keparakan Kidul membuat gunungan berisi kerajinan kulit berupa sandal yang merupakan potensi usaha lokal yang ada untuk diperebutkan seusai kirab budaya yang digelar siang hingga sore hari.
“Ada empat gunungan yang merupakan representasi potensi lokal baik budaya, seni maupun ekonomi yang berkembang di warga kami. Gunungan akan diarak pada kirab budaya dan bisa diperebutkan di akhir karnaval. Ada gunungan kerajian, gunungan bakpao dan arem-arem, gunungan jajan pasar dan juga gunungan sayur mayur,” jelas Ketua Panitia Ireda Fest 2024, M Wahyu Sugianto, Rabu 18 September 2024.
Tercatat akan ada sekira 54 kelompok UMKM yang tampil di bazar. Mereka dikelompokan berdasarkan asal kampung masing-masing yaitu Dipowinatan, Pujokusuman, Keparakan Lor, dan Keparakan Kidul. Usaha mulai dari kerajian hingga kuliner semua yang dilakukan oleh warga untuk mendukung kegiatan ekonomi sehari-hari tampilkan.
Pengutamaan potensi seni dan budaya lokal yang dikembangkan oleh warga juga dipertontonkan pada gelaran seni budaya yang panggungnya akan dibuka pada Sabtu 21 September 2024 mulai pukul 19.30 WIB. Di awali dengan tampilan uyon-uyon dari paguyuban Ngudi Laras Keparakan Lor, akan diikuti tampilan potensi seni dari 13 RW yang semuanya merupakan seni milik warga Keparakan.
Sementara di puncak acara malam pentas seni akan dipertontonkan pagelaran Kethoprak paguyuban Catur Manunggal Budaya dari Rintisan Kelurahan Budaya (RKB) Keparakan dengan lakon “Laskah Hantu Maut”. “Kita memilih untuk mengangkat potensi milik warga, agar mereka tidak menjadi penonton di rumah sendiri. Warga punya potensi UMKM, seni, dan budaya, ini kita utamakan agar mereka bisa berdaya dan potensi warga ini semakin bisa terasah dan semakin berkilau,” ujar Lurah Keparakan Yusup Ahbari.
Iringin-iringan kirab budaya juga akan dimeriahkan keberadaan dua kelompok bregodo yang dikelola oleh warga Kampung Dipowinatan dan Keparakan Lor. Adalah bregodo Dipo Satrio yang dikembangkan warga Kampung Dipowinatan, dan bregodo Wedhung Basworo yang dibentuk warga Keparakan Lor menjadi atraksi seni yang akan sangat disayangkan untuk dilewatkan. Kelompok pasukan replika dari bregodo Kraton Yogyakarta tersebut sudah malang melintang di acara-acara kesenian yang digelar di Kota Yogyakarta maupun DIY.